Ribuan mahasiswa baru Universitas menyambut kejutan istimewa pada gelaran Pionir Kesatria 2025. Sosok yang tak asing di dunia pendidikan dan politik Indonesia, Anies Rasyid Baswedan, hadir memberikan motivasi dan petuah berharga untuk para Kesatria Muda yang tengah memulai perjalanan di dunia perkuliahan. Kehadirannya bahkan tidak diumumkan sejak awal, sehingga saat nama Anies disebut dan ia mulai menuruni tangga gedung SGLC Fakultas Teknik, suasana mendadak riuh. Sorak-sorai dan antusiasme para mahasiswa pun memenuhi ruangan, mencerminkan betapa besar rasa penasaran sekaligus rasa hormat mereka.
Dalam sambutannya, Anies langsung mengingatkan para mahasiswa untuk tidak hanya menjalani kuliah secara pasif. Ia menekankan pentingnya mengambil peran aktif selama menjadi mahasiswa. “Jangan sampai saat menjadi Sarjana menyesal karena menjadi mahasiswa yang tidak aktif. Sebagai mahasiswa, apabila kamu sibuk dan kekurangan waktu, you are in a right track. Ambil rute yang kamu mau, bukan yang tampaknya nyaman,” ujarnya penuh semangat.
Anies menegaskan bahwa kesibukan bukanlah tanda kegagalan, melainkan pertanda bahwa seseorang sedang berada di jalur yang benar. Menurutnya, masa kuliah adalah momen emas untuk mengasah potensi diri, memperluas jaringan, serta belajar mengelola waktu. Ia menambahkan bahwa kenyamanan sering kali membuat seseorang stagnan, sementara tantangan justru menjadi jalan untuk tumbuh.
Di hadapan 1.739 mahasiswa baru Fakultas Teknik, Anies menyampaikan pandangan menarik mengenai makna kesuksesan dalam dunia akademik. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengakui bahwa indeks prestasi kumulatif (IPK) memang penting, tetapi bukan satu-satunya tolok ukur keberhasilan. “IPK tinggi dapat mengantarkanmu menuju wawancara, tapi kemampuan berpikir kritis dan kepemimpinan membuat anda berhasil di masa depan,” tegasnya.
Sebagai alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM), Anies memahami betul bahwa dunia kerja membutuhkan lebih dari sekadar catatan nilai. Dunia membutuhkan orang-orang yang mampu menganalisis, mengambil keputusan, dan berani memimpin. Ia mendorong mahasiswa agar berani melatih kemampuan berpikir kritis sejak dini, sekaligus mengembangkan soft skills yang akan berguna sepanjang hidup.
Tak hanya soal akademik, Anies juga mengingatkan pentingnya kepedulian terhadap isu sosial dan politik. Menurutnya, keputusan-keputusan pembangunan, seperti membangun waduk, jaringan irigasi, atau infrastruktur lain, tidak lepas dari ranah politik. “Sangat penting bagi calon engineer seperti kalian untuk memastikan bahwa proyek yang dijalankan memberikan manfaat bagi masyarakat luas, bukan hanya segelintir orang saja,” ungkapnya. Pesan ini seakan menegaskan bahwa seorang insinyur tak hanya dituntut cerdas secara teknis, tetapi juga memiliki kepekaan sosial.
Isu teknologi modern juga menjadi perhatian Anies dalam kesempatan itu. Ia menyinggung perkembangan pesat Artificial Intelligence (AI) yang kini mempermudah banyak aspek kehidupan. “Banyak hal yang sekarang bisa dilakukan oleh teknologi,” katanya. Namun, ia memberi catatan penting: teknologi tidak memiliki nurani. Justru di situlah peran manusia menjadi sangat penting—untuk memastikan bahwa segala bentuk kemudahan yang hadir tetap digunakan dengan bijak dan bertanggung jawab.
Selain itu, Anies mendorong mahasiswa untuk mempersiapkan diri bersaing ditingkat global. Ia menekankan bahwa lulusan universitas di Indonesia harus memiliki daya saing yang setara dengan lulusan dari universitas-universitas luar negeri. Caranya adalah dengan terus meningkatkan kompetensi, memperluas jejaring, dan membangun kolaborasi. “Perubahan besar tidak pernah lahir dari satu orang saja. Kolaborasi adalah kunci. Kalian perlu belajar bekerja sama, saling melengkapi, dan tumbuh dalam jejaring yang lebih luas,” jelasnya.
Suasana semakin menarik ketika sesi tanya jawab dibuka. Salah satu Ksatria Muda mengajukan pertanyaan tentang bagaimana cara menjadi seorang pemimpin. Pertanyaan tersebut dijawab Anies dengan penjelasan yang sederhana namun penuh makna. “Seseorang bisa disebut pemimpin kalau ada yang mengikuti secara sukarela, baik lewat kata-kata maupun tindakannya. Namun, itu saja tidak cukup. Seorang pemimpin juga harus punya kompetensi karena tanpa kemampuan, pengaruhnya tidak akan bertahan lama,” ucapnya.
Ia menambahkan bahwa kepemimpinan berbeda dengan jabatan. Menurutnya, seorang pemangku jabatan belum tentu seorang pemimpin sejati. Jabatan bisa datang melalui pemilihan atau penunjukan, tetapi kepemimpinan lahir ketika orang lain mau mengikuti dengan sukarela. Karena itu, ia berpesan kepada mahasiswa untuk tidak terburu-buru ingin menjadi pejabat muda. “Jadilah pemimpin muda terlebih dahulu. Tidak semua pejabat diikuti bawahannya, tapi pemimpin sejati akan selalu diikuti, bahkan tanpa harus memangku jabatan,” tuturnya.
Pesan ini mendapat tepuk tangan meriah dari para mahasiswa. Banyak dari mereka merasa bahwa nasihat tersebut relevan dengan kondisi saat ini, di mana banyak orang terjebak pada ambisi jabatan tanpa memikirkan kualitas kepemimpinan sejati.
Acara talk show bersama Anies Baswedan pun ditutup dengan semangat tinggi dari para mahasiswa baru Universitas. Mereka pulang dengan motivasi segar, bekal pemikiran kritis, dan pesan kuat untuk terus aktif dalam perkuliahan. Anies bukan hanya hadir sebagai tamu istimewa, tetapi juga sebagai sosok inspiratif yang meninggalkan kesan mendalam pada hari pertama perjalanan akademik para Kesatria Muda.
Lebih dari sekadar pidato penyambutan, kehadiran Anies menjadi pengingat bahwa masa depan mahasiswa tidak hanya ditentukan oleh nilai akademik, melainkan juga oleh keberanian, kepedulian, dan kemampuan untuk menjadi pemimpin sejati.
Persiapkan Ujian dengan Tryout Online IPA SMP yang Efektif
by Admin 15 Jun 2025