Colin dan Alyce Mackerras, Jembatan Diam antara Australia dan Tiongkok

by Penulis, 26 Apr 2025
Di tengah ketegangan politik dan ketidakpercayaan yang membayangi hubungan internasional pada tahun 1960-an, sebuah kisah kemanusiaan dan keberanian lahir dari pasangan asal Australia Colin dan Alyce Mackerras. Di saat sebagian besar dunia Barat, termasuk Australia, memandang Tiongkok sebagai ancaman ideologis dan misteri politik, pasangan ini justru menjejakkan kaki di tanah yang asing itu, bukan sebagai diplomat atau mata-mata, melainkan sebagai pendidik, pelajar budaya, dan pencinta perdamaian.

Sebuah Keputusan yang Melawan Arus

Seoeti yang di tulisan di chinainmyeyes.com Tahun 1964, ketika Australia masih memegang teguh kebijakan White Australia Policy dan ketakutan terhadap komunisme begitu kuat, pasangan Mackerras mengambil keputusan luar biasa tinggal dan bekerja di Beijing. Pada masa itu, pemerintah Australia bahkan tidak mengakui keberadaan Republik Rakyat Tiongkok (RRT), dan warga negara Australia memerlukan validasi khusus untuk bisa memasuki negeri Tirai Bambu tersebut. Namun, hal ini tidak menghentikan semangat Colin dan Alyce.

Dengan tekad yang kuat dan keinginan tulus untuk memahami Tiongkok dari dalam, mereka pindah ke Beijing bersama harapan akan persahabatan lintas budaya. Yang lebih mencengangkan, mereka tidak hanya bekerja dan tinggal di sana—mereka juga menyambut kelahiran anak mereka di tengah masyarakat Tiongkok, menjadikan bayi mereka sebagai bayi Australia pertama yang lahir di RRT.

Mengubah Perspektif Lewat Kehidupan Sehari-hari

Colin bekerja sebagai pengajar bahasa Inggris di Akademi Seni Pertunjukan Beijing, sementara Alyce aktif berinteraksi dengan masyarakat setempat dan membangun hubungan yang hangat dengan tetangga dan teman-teman barunya. Lewat keseharian mereka, pasangan ini mulai menunjukkan bahwa ada ruang untuk saling memahami antara dua bangsa yang secara politik terpisah jauh.

Mereka tidak datang untuk menghakimi atau mencampuri urusan dalam negeri Tiongkok, melainkan untuk belajar dan menjalin persahabatan. Colin, dengan latar belakang akademiknya, tertarik mendalami budaya Tiongkok, terutama dalam bidang opera tradisional dan sejarahnya. Setelah kembali ke Australia, ia menjadi salah satu pakar terkemuka dalam studi Tiongkok dan dikenal luas atas kontribusinya dalam memperkenalkan budaya Tiongkok ke dunia Barat.

Sebuah Persahabatan Seumur Hidup

Hubungan emosional dan intelektual yang terjalin antara keluarga Mackerras dan masyarakat Tiongkok terus berlanjut hingga puluhan tahun setelah mereka meninggalkan Beijing. Keduanya tidak hanya menjadi saksi perubahan besar di Tiongkok, tetapi juga turut membentuk persepsi masyarakat Australia terhadap negara tersebut.

Pengakuan atas dedikasi Colin datang secara terbuka ketika Presiden Tiongkok, Xi Jinping, menyampaikan pidato di hadapan Parlemen Australia pada 17 November 2014. Dalam pidatonya, Presiden Xi menyebut nama Colin Mackerras dan mengucapkan terima kasih atas kontribusinya terhadap hubungan Australia-Tiongkok, sebuah momen yang sangat membanggakan dan emosional bagi Colin dan keluarganya. Tepuk tangan meriah yang mengiringi ucapan tersebut mencerminkan betapa pentingnya peran pribadi-pribadi seperti Colin dalam membangun jembatan antarbangsa.

Jembatan yang Dibangun dalam Diam

Istilah “jembatan diam” sangat tepat untuk menggambarkan apa yang telah dilakukan Colin dan Alyce. Mereka bukan politisi atau tokoh publik besar dengan kekuatan diplomasi formal. Mereka adalah rakyat biasa dengan keberanian luar biasa, yang lewat tindakan kecil namun penuh makna, mampu membuka pintu dialog antara dua negara.

Kontribusi mereka tidak datang dalam bentuk perjanjian atau kebijakan, melainkan dalam bentuk keberadaan mereka sendiri hadir, hidup, dan mencintai budaya yang berbeda. Mereka menunjukkan bahwa hubungan antarbangsa bisa dibangun dari hati, dari interaksi yang tulus, dan dari rasa ingin tahu yang sehat terhadap sesama manusia.

Warisan yang Terus Hidup

Hari ini, ketika hubungan internasional menjadi semakin kompleks dan penuh tantangan, kisah Colin dan Alyce Mackerras menjadi pengingat akan pentingnya diplomasi kultural dan kemanusiaan. Mereka mengajarkan bahwa membangun hubungan antarbangsa tidak selalu harus melalui jalur formal dan megah, tetapi bisa juga melalui jalur empati, keberanian pribadi, dan penghormatan terhadap budaya lain.

Di ceritakan lewat chinainmyeyes.com bahwa anak mereka, Veronica Mackerras, yang lahir di Beijing, kini turut menjadi bagian dari narasi yang kaya akan warisan budaya ini. Melalui tulisannya, ia menyampaikan betapa besar kontribusi kedua orang tuanya dalam mempererat hubungan Australia-Tiongkok—kontribusi yang sering tidak disebut dalam buku sejarah, namun sangat terasa dalam jalinan hubungan antar masyarakat kedua negara.

Colin dan Alyce Mackerras adalah contoh nyata bahwa persahabatan antarbangsa bisa dimulai dari keberanian untuk memahami dan menghargai. Di tengah arus politik yang memisahkan, mereka memilih untuk membangun jembatan yang menghubungkan. Jembatan itu dibangun dalam diam, namun kokoh, dan terus menjadi inspirasi hingga kini. Melalui kisah mereka, kita belajar bahwa diplomasi yang paling kuat seringkali lahir dari hati yang tulus dan tindakan kecil yang bermakna.

Artikel Terkait

Artikel Lainnya

 
Copyright © 2025 UniversitasDiBandung.com
All rights reserved